Gimana Mau Bahagia Kalau Ternyata Kamu Gak Bisa Kurangi Makanan Satu Ini

Kamu masih sering mengonsumsinya gak?

Apakah kamu sering merasakan hal ini: bangun pagi, bukannya segar malah makin lemas. Rasanya mau berangkat ke kampus atau kerja, seperti dibebani bola besi 20 kg. Malas banget! Hidup serasa gak menggairahkan. Kata orang-orang: kamu butuh piknik. Eh, tapi jangan salah, bisa jadi kamu bukan butuh piknik, melainkan butuh mengubah kebiasaan makanmu.

Gula, si 'pembunuh' berdarah dingin yang tak kelihatan.

Gimana Mau Bahagia Kalau Ternyata Kamu Gak Bisa Kurangi Makanan Satu Inikaboompics.com

Michael Grothaus, dalam tulisannya yang dimuat di Fast Company, menceritakan pengalamannya soal bagaimana berhenti mengkonsumsi gula berdampak besar dalam hidupnya. "Saya mengalami love-hate relationship dengan makanan hingga akhirnya saya mengalami obesitas. Saya mencoba berbagai olahraga bahkan menemukan suatu teknologi yang membantu saya mengurangi berat badan hingga 80 pon."

Grothaus mengira, dengan berkurangnya berat badannya, itu artinya kalori dalam tubuhnya sudah terpangkas habis. Ia pun kembali menggila dengan makan apapun yang bisa dimakan, mulai pasta, ikan, ayam, soda diet, yoghurt buat bahkan sebungkus cokelat M&M. Selama ia tidak melebihi takaran 2.000 kalori per hari, Grothaus tidak akan kembali gemuk dan tetap akan sehat seperti banyak orang.

Tetapi, dokter berkata lain ...

Gimana Mau Bahagia Kalau Ternyata Kamu Gak Bisa Kurangi Makanan Satu Inipexels.com

Saat Grothaus mengunjungi dokter, ia berharap mendapatkan ucapan selamat karena telah sukses dengan dietnya. Tetapi, dokter justru berkata lain. Sang dokter memperingatkan Grothaus soal asupan kalori hariannya yang ternyata semakin meningkat. Dokter khawatir Grothaus mengkonsumsi terlalu banyak gula murni selama dietnya, tanpa ia sadari.

Gula murni gak hanya terkandung dalam roti, pasta, jus atau permen saja. Tetapi bisa saja tersembunyi dalam saus, kecap, mayonaise, minuman diet dan minuman berenergi yang berbalut label "sugar free" atau "rendah lemak". Sang dokter memperingatkan Grothaus, "Hanya karena kamu kurus dan hasil tes darahmu tidak menunjukkan tanda-tanda diabetes, bukan berarti kadar gula murni yang dikonsumsi tidak berpengaruh untuk kesehatanmu."

Baca Juga: 7 Dampak Negatif Akibat Terlalu Sering Nonton Anime yang Perlu Kamu Tahu

Ini yang terjadi pada dirimu saat memulai diet gula.

Gimana Mau Bahagia Kalau Ternyata Kamu Gak Bisa Kurangi Makanan Satu Inibarnimages.com

Hari pertama melakukan diet gula, tentunya terasa berat bagi yang sudah terbiasa ngopi atau ngeteh dengan gula. Grothaus berusaha meredam 'kekagetannya' dengan makan banyak buah dan sayur di hari pertama. Hari kedua pun berjalan dengan sakit kepala dan pandangan seolah berkabut. 'Siksaan' ini berjalan hingga hari ke-enam, karena saat tubuh berhenti mengkonsumsi apa yang menjadi candunya, ia akan meronta-ronta dan bereaksi keras.

Di hari ke-enam, Grothaus bangun dengan perasaan berbeda. Pening di kepala hilang, buah-buahan dan sayur yang dikonsumsinya terasa lebih manis. Hari ke-delapan dan ke-sembilan, ia merasa lebih fokus dan segar sehingga dapat menyerap banyak informasi dengan lebih baik. Dengan kata lain, Grothaus merasa lebih 'pintar' di hari ke-enam diet gulanya.

Rebecca Boulton, seorang terapis nutrisi yang berfokus pada kesehatan hormonal dan konsumsi gula menjelaskan, "Meningkatnya indra perasa, misalnya buah-buahan jadi terasa lebih manis di lidah saat diet gula, merupakan tanda bahwa tubuh sedang menyesuaikan diri, melepaskan ketergantungannya terhadap gula. Rasa sakit di kepala yang dialami di hari-hari awal, akhirnya berhenti karena tubuh tidak lagi berjuang melawan keinginan makan gula." Hal inilah yang menyebabkan gula darah menjadi seimbang yang mana meningkatkan kesehatan mental dan otak.

Diet gula, apa manfaatnya?

Gimana Mau Bahagia Kalau Ternyata Kamu Gak Bisa Kurangi Makanan Satu Inipexels.com

Selain meningkatkan kesehatan mental dan otak, diet gula dapat mengatasi insomnia, lebih berenergi, berat badan turun meski banyak makan makanan berlemak dan perasaan menjadi lebih bahagia.

Gula tetap diperlukan tubuh untuk mengolahnya menjadi sumber energi. Tetapi gula alami jauh lebih baik, dan mengatur asupan gula dalam tubuh akan memberikan dampak yang signifikan pada kesehatan tubuh dan mental. Berani mencoba diet gula agar lebih bahagia?

Baca Juga: Tes Psikologi "Makanan" Ini Akurat Mengungkap Rahasia Kehidupan Cintamu, Berani Coba?

yummy-banner

Topik:

Berita Terkini Lainnya